Masegit adalah situs di mana relasi di dalam kehidupan Masyarakat saling bertautan. Ia lebih dari sekadar tempat ibadah di mana kewajiban pribadi kepada Tuhan dilaksanakan dan fatwa-fatwa agama disampaikan. Ia juga bisa dimaknai sebagai ruang sosial dan kebudayaan di mana gagasan seseorang dengan orang lain dipertemukan, persoalan-persoalan masyarakat dipecahkan, cita-cita bersama diperjuangkan, dan seterusnya. Pertunjukan Masegit ingin memotret situs tersebut dalam kerangka nalar kebudayaan manusia Madura.
Pertunjukan Masegit diciptakan oleh seniman-seniman diaspora Madura (dan beberapa seniman rekanan) yang tinggal di Jawa. Jarak spasial, nyatanya, turut mempengaruhi sudut pandang dalam melihat sesuatu, turut memberi peluang pembacaan baru, tapi turut pula menjadi lubang jebakan sewaktu-waktu. Dalam satuan jarak tertentu, berbekal sebuah tatapan mata dari tanah Jawa yang diproyeksikan ke daratan (dan lautan) Madura, kami berupaya mereka ulang ruang kenangan, menggali ingatan, menyusur fenomena sosial yang telah dan tengah berlangsung, serta membaca ulang arsip sejarah. Dengan menyadari bahwa identitas adalah hasil dialektika diri dan liyan, barangkali di situlah kami bisa melihat ihwal diri dengan lebih benderang, barangkali kami bisa masuk menemu makna dan pengetahuan.
Pertunjukan Masegit mempresentasikan tiga bagian kecil yang kami beri nama: ingatan, tegangan, dan sesilangan. Ingatan memapar Bagaimana identitas madura yang dikonstruksi oleh kolonial masih berlangsung hingga sekarang. Dan bagaimana manusia Madura menjadikan masegit sebagai lumbung semangat perlawanan. Sementara tegangan menunjuk pada konflik sosial yang dilatari oleh keyakinan dan praktik keagamaan serta sejumlah paradoks dan tegangan yang terjadi di dalamnya. Adapun sesilangan fokus pada perkara kaum muda Madura sebagai generasi yang berdiri di atas keterbelahan, diri sekaligus orang lain: berdiri di altar masegit sembari membuka diri seluas-luasnya terhadap pengaruh dari luar. Narasi ulang alik ini serupa bentangan Suramadu yang gagah. Jembatan ini tidak hanya menghubungkan Madura dan Jawa, melainkan juga jembatan industri, akulturasi budaya, dan percepatan ekonomi.
Masegit adalah penerima Hibah Seni Yayasan Kelola 2016
Sutradara: Shohifur Ridho’i Aktor: Abdul Ghafur, Efendy Mazila, Eka Wahyuni, Habiburrahman, Neneng Maryam, Radha Puri Skenografer: Imam Syaifurrahman, Suvi Wahyudianto Komposer: Giyarian Harik Desain Cahaya: Oong M. Pathor, Rahmat Hidayat
Pentas 1 Minggu, 28 Agustus 2016 19.30 WIB Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya.
Pertunjukan ini didukung oleh: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Halaman Indonesia Cultural Forum JCM Kampung Halaman Komunitas Tikar Merah RH Lighting Teater Eska Yogyakarta Teater Fataria (STAIN Pamekasan) Titik Fokus Wathon Picture