Kurator: Taufik Darwis Rabu – Kamis, 11-12 Juli 2018 Studio Teater Garasi Jl. Jomegatan No. 164B, Nitiprayan, Yogyakarta __________
Rabu, 11 Juli 2018, pukul 20.00 WIB (pertunjukan dan diskusi) Teater Ghanta (Jakarta) – TAK ADA MIKROFON UNTUK TAKDIR (#1- Side B ) Rokateater (Yogya) – PASSPORT, PASSPHOTO
Kamis, 12 Juli 2018, Pk 18.00 – 22.00 WIB (3 jam pertunjukan dan diskusi) Aliansyah Caniago CON(TRA)CEPTUAL ART: REAL AND UNREAL __________
CABARET CHAIRIL adalah ruang transit untuk menampilkan repertoar pertunjukan eksperimental lintas medium dan disiplin. Ruang transit ini adalah laboratorium kepenontonan bersama antara penonton dan penampil untuk mengelola ragam pertumbuhan gagasan, karya, dan agenda estetik. Dalam taraf tertentu, Cabaret Chairil menimbang ulang dan mengkaji berbagai konvensi avant-garde seperti dada, futurism, happening dan atau performance art.
Cabaret Chairil bermaksud menelaah isu “Kediaman” sebagai sang alterego dari “Kemajuan”, dalam beberapa edisinya tahun ini. Bahasa Indonesia yang liat mengantarkan pada kita dua pengertian dari kata kediaman; pertama mengenai tempat (rumah), kedua mengenai keadaan. Jika pada pengertian pertama, tersirat watak rumah sebagai tempat menangkap dan merawat yang diam (dan atau yang tetap/asli/asali), pengertian kedua mengajak kita berpikir atas watak diam dari segala yang bergerak. Asumsi kami, terutama di tengah dunia yang terus sedang tegang mempercakapkan batas-batas antara dalam dan luar rumah, telaah kita tahun ini akan mengajak kita menemui ragam rumah yang terus bergerak dan ragam keadaan diam dalam pelarian, lengkap dengan setiap tabrakan dan persimpangan berharga di antara keduanya.
Pada Vol.I ini kami mengundang 3 seniman/kolektif dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta yang bekerja dengan objek dan “ruang-ruang tinggal”. __________
“Passport, Passphoto” karya rokateater berangkat dari situasi paradoks tumpukan arsip berisi foto passport (pasfoto) Nyoo Studio, suatu studio foto tua yang berdiri sejak tahun 1940-an di Kalisat, Kabupaten Jember. Puluhan tahun beroperasi sebagai foto studio, Nyoo Studio menumpuk dan mengepul sebagian besar foto yang diambilnya, sepintas demi pengumpulan itu sendiri, tanpa kehendak kategorisasi atau klasifikasi apapun. Demi menembus skala kemungkinan yang sedemikian luas dari “pusat arsip” ini, rokateater memutuskan untuk berangkat dari reproduksi moda operasi Nyoo Studio, dengan membuka cabang studio foto tersebut di Teater Garasi. Sehari-hari, kerja utama Nyoo Studio adalah produksi pasfoto –obyek yang terus berlaku sebagai penanda asal-muasal, kewargaan, dan karenanya perangkat penting mobilitas. Bagi rokateater, pasfoto sebagai penanda panoptikon negara pada pengelolaan data warganya sedang ditawar oleh praktik Nyoo Studio yang mengumpulkan pasfoto sebagai praktik pendinginan dan menghasilkan konstelasi wajah-wajah tanpa nama. __________
Karya “Passport, Passphoto” dibuat oleh Ceng Romli, Kurnia Yaumil Fajar, Prasetya Yudha, Rizki Widyatmadja, Shohifur Ridho’i. E-Poster: