Resonansi Tradisi: Produksi Pengetahuan Tanpa Forum Falsifikasi

(catatan untuk pertunjukan Otobiografi karya rokateater)

Oleh: Benny Yohanes
(kurator Pekan Teater Nasional 2019)

Platform Teater Riset diarahkan untuk menyuguhkan hasil penelaahan dan revaluasi teater tradisional berbasis riset, yang dilakukan oleh grup atau kelompok teater yang tidak berbasis tradisi, untuk melakukan rekonstruksi tematik, estetik dan teknik dari khasanah teater tradisional yang menjadi rujukan risetnya. Rekonstruksi berbasis riset ini didasarkan pada hipotesis bahwa gagasan, simbol dan nilai-nilai teater tradisional, sebagai medan pengetahuan yang bersumber pada aspek-aspek budaya lokal yang khas, mampu menunjukkan reartikulasi yang relevan dengan situasi kekiniannya, melalui strategi ‘translasi medium’.

Pertunjukan ‘Otobiografi’ dari rokateater, Yogyakarta, menunjukkan skema kerja yang mendialogkan riset dengan retrospeksi diri. Kesenian Kethek Ogleng ditafsir sebagai teks migrasi dari ranah semantik elit ke lanskap seni rakyat. Sutradara Shohifur Rido’i menawarkan tafsir asimetris terhadap konten naratif dari teks sumbernya (Ramayana dan Kisah Panji) dan depersonifikasi atas tokoh Anoman, yang secara ikonik merupakan identifikasi utama bagi seni Kethek Ogleng itu.

Tafsir asimetris terhadap teks sumber, membuka kemungkinan menggeser perspektif dari sisi maskulin ke sisi feminin. Sisi feminin Anoman yang ditranslasi ke medan pengalaman masa kini, tercurah ke dalam sosok-sosok perempuan muda (jawa) yang diperangkap dalam norma domestik budayanya: tak bebas memilih profesi, tak bebas pulang malam, tak bebas memilih pacar, tak bebas mengungkap keinginan hati, dst. Artikulasi ini masih dapat dilihat sebagai reinkarnasi nasib ke-Dewi Sekartaji-an di lanskap kini, atau penyingkapan dari ‘pemberontakan nilai perempuan’ sebagai teks biografi yang disembunyikan atau yang direpresi oleh otoritas dan fiksasi kisah sumber. Maka tepat pilihan rokateater menampilkan pertunjukannya dengan mengadopsi bentuk ‘teater presentasi’, yang bertutur melalui konsep ‘dramaturgi laporan’ (report dramaturgy).

Depersonifikasi tokoh Anoman diungkap melalui realisasi tubuh kethek sebagai tubuh ‘toys’. Topeng yang dikenakan pemain adalah versi topeng mainan, setara dengan yang biasa dijajakan pedagang keliling. Topeng mainan itu dikenakan pemain sebelum pertunjukan (diinsert lewat video), pada medan pertunjukan, dan di luar medan pertunjukan, yang juga diinsert lewat video, sebagai fragmen akhir pertunjukan. Tafsir yang dibangun adalah tafsir suspensi, bukan tafsir fiksasi. Ini merupakan ajakan untuk melakukan migrasi teks, bukan sebagai jenis narasi eksternal yang ditafsir secara semantik, tetapi membocorkan teks ke dalam medan biografis pemain dan penonton, dan terjadilah privatisasi semantik atas teks. Otoritas teks berganti menjadi personalisasi teks.

Pertunjukan ‘Otobiografi’ meminggirkan sisi melodramatik Dewi Sekartaji, juga sisi maskulin Anoman, dan kerja tafsir atas Kethek Ogleng sebagai bentuk ‘translasi medium’, mencoba mengaktivasi pengisahan spekulatif ke-Dewi Sekartaji-an sebagai aproksimasi dan artikulasi teks biografis pemain. Riset menyingkapkan jejak untuk pembongkaran diri. Ini membuka wacana yang bisa diuji lebih lanjut : kreativitas sebagai kerja interogasi diri (self-interrogation).

Harus diakui, mekanisme dan progres kurasi untuk mendorong munculnya kreativitas seniman penggarap melalui platform Teater Riset ini, belum fokus dan tajam. Di tingkat dialektika wacana, untuk mendefinisikan konsep ‘teater riset’ di Indonesia, belum ada rujukan representatif atau penelusuran historis, baik melalui publikasi teoritik keilmuan atau berdasarkan studi karya, untuk mendapatkan perspektif praktik dan model kerja ‘teater riset’ yang khas di Indonesia. Yang sering diadopsi secara pragmatis sebagai model pemanggungan ‘teater riset’, adalah model ‘teater presentasi’, dimana aspek naratif konvensional yang menampilkan cerita, dipinggirkan, digantikan oleh eksplanasi atas studi data, analisis fenomena, juga memuat pelurusan dan pengakuan interogatif periset, dan fungsi aktor bergeser menjadi testimonial performer.

Diperlukan diskusi yang lebih intensif dan sekaligus inklusif, untuk menggagas disiplin dan metode kerja ‘teater riset’ di Indonesia, mengingat istilah ‘riset (re-search)’ dalam lanskap makro keilmuan di Indonesia belum menjadi konstanta dan legitimasi yang kukuh bagi proses produksi pengetahuan, yang hasilnya bisa saling diverifikasi atau difalsifikasi secara transparan dan objektif. Kecenderungan yang sama, yaitu produksi pengetahuan tanpa forum falsifikasi, berlaku di dunia seni, khususnya teater.

Catatan:

*Tulisan ini dipetik dari tulisan panjang Benny Yohanes sebagai laporan tatapan kurator atas seluruh pertunjukan yang telah dipentaskan pada gelaran Pekan Teater Nasional 2019 yang bertema Tubuh Gunung (Resonansi Teater Tradisi), pada tanggal 20-26 September 2019, di Taman Budaya Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisan berjudul “Resonansi Tradisi: Produksi Pengetahuan Tanpa Forum Falsifikasi (Evaluasi Kuratorial PTN 2019)” tersebut secara umum membincang pertunjukan-pertunjukan yang di dalam kerangka kuratorial (platform) Teater Tradisi, Teater Post-Tradisi, Teater Riset. Pertunjukan Otobiografi karya rokateater berada di bawah platform kuratorial Teater Riset. Untuk kepentingan publikasi di laman daring ini, kami tampilkan catatan yang secara khusus merujuk pada pertunjukan Otobiografi karya kami. Tulisan lengkap Benny Yohanes di atas bisa Anda unduh di sini.

Berikut kami salin teks kerangka kuratorial yang menjelaskan ketiga platform tersebut:
Kanon Tradisi. Pelacakan atas batas asal-usul tradisi tetap merupakan produksi pengetahuan dan edukasi dalam membaca masa lalu. Mengurai informasi maupun data baru atas arsip tradisi. Dalam platform ini, seni pertunjukan tradisi dihadirkan sebagai kanon, sesuai dengan pakem yang membatasinya maupun konteks budaya yang melatarinya. Kehadiran tradisi yang natural lebih menjadi agenda utama, dibandingkan dengan kemasan gemerlapan.

Post-Tradisi. Menampilkan karya progresif yang dihasilkan dari tafsir vital terhadap seni pertunjukan tradisional. Platform ini diarahkan untuk mendorong keunikan dan ketajaman tafsir atas pakem dan visi seni tradisi, sehingga terjadi lompatan dan terobosan kreativitas. Esensi tradisi dapat digali vitalitasnya yang baru, membuat keterhubungan baru antara yang lokal dan global. Dalam seni pertunjukan, tradisi sebagai rekreasi (penciptaan ulang, kadang juga disebut sebagai post-tradisi), pernah dilakukan Huriah Adam, Sardono W. Kusumo, Suprapto Suryodarmo, Bagong Kusudiardjo, Arifin C. Noer, Slamaet Abdul Sjukur, Gusmiati Suid, Putu Wijaya, I Wayan Sadra atau Decenta (1973) dalam seni rupa yang dijalankan seniman-seniman ITB Bandung.

Teater Riset. Program riset terhadap teater tradisi yang dilakukan oleh teater yang tidak pernah bersinggungan dengan tradisi. Hasil riset menjadi materi pertunjukan yang “ditempatkan” ke tubuh-pertunjukan masa kini. Dalam paltform ini, penciptaan teater berdasarkan riset atas seni pertunjukan tradisi dimungkinkan dilakukan melintasi batas-batas medium maupun disiplin. Menampilkan karya yang dihasilkan dari riset dan bagaimana produksi arsip dari riset “ditempatkan” ke dalam aktivisme baru, mencari bentuk-bentuk presentasi performatif yang lebih terbuka dan cair.

Ketiga platform di atas pada gilirannya merupakan pemetaan pada bagaimana tradisi dihadirkan sebagai arsip, rekreasi dan teater dokumenter yang bisa dilacak sebagai tiga lingkaran saling bersinggungan. Menghadirkan, menggeser dan menjadikannya sebagai dialog masa kini. Di antara ke tiga lingkaran platform yang saling bersinggungan, dan merupakan praktik dimana Pekan Teater Nasional 2019 dijalankan, ada sebuah konteks yang tidak bisa diabaikan. Bahwa pertunjukan-pertunjukan yang dihasilkan dari ke tiga lingkaran, melekat-erat dengan seluruh seniman maupun tim yang berada di dalamnya. Mereka datang dari masa kini, dan tidak bebas dari opini-opini kekinian. Dengan kata lain, ada pengada eksternal yang bocor dan ikut mewarnai hasil penciptaan dan dilihat sebagai hal yang organik untuk produksi pertunjukan dalam forum ini.

Ke tiga platform ini merupakan proyeksi dari tubuh-gunung: tumbuh, meletus, kemudian terjadi recovery lingkungan.