Original title: Otobiografi: Setelah Melodrama Itu Berlalu
Otobiografi berangkat dari amatan atas kesenian Kethek Ogleng yang bermula dan berkembang di daerah terutama Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Wonogiri (Jawa Tengah), termasuk juga Gunung Kidul (Yogyakarta), serta beberapa daerah lain di pulau Jawa. Setelah mengalami modifikasi, personifikasi Kethek Ogleng ini kemudian meminjam watak dari salah satu karakter dalam kisah epik Ramayana bernama Anoman (atau Hanoman). Sementara narasi yang melatari pengisahan Kethek Ogleng sendiri berasal dari cerita panji, yaitu kisah cinta melodrama yang kelewat klise antara Dewi Sekartaji dengan Panji Asmarabangun. Dua-duanya dari kalangan elit kerajaan, yaitu putra-putri mahkota kerajaan Jenggala dan kerajaan Kadiri.
Alih-alih memunculkan kembali figur kethek (kera) sebagai karakter utama dan me-reenactment ketinampilan Kethek Ogleng, pertunjukan Otobiografi ini mencoba melihat kemungkinan pilihan dramaturgi dari cerita panji yang disadurnya, yaitu menjadikan sosok Dewi Sekartaji sebagai elemen pengisahan utama.
Kami tertarik untuk melihat ulang Dewi Sekartaji di dalam narasi lingkaran kekuasaan dan sekaligus spekulasi atas konteks dia sebagai perempuan yang hidup di lingkungan sosial hari ini yang dinarasikan secara personal melalui ‘otobiografi’ performer perempuan. Sementara Kethek Ogleng dilihat sebagai siasat untuk menarasikan situasi yang kompleks di luar dinding kekuasaan (kerajaan): mulai perkara identitas (penyamaran Dewi Sekartaji ketika berada di tempat lain dan atau penyamaran Panji Asmarabangun menjadi kera dalam versi pengisahan yang lain) sampai imajinasi tentang batas domestik dan publik (di dalam istana dan di luar istana) dan mobilitas (pelarian Dewi Sekartaji dari kerajaan dan hidup sebagai rakyat biasa). Pertunjukan Otobiografi ini diproyeksikan sebagai pengisahan spekulatif atas kehidupan Dewi Sekartaji di dalam komunitas sosial hari ini dan masa depan.
Sebagaimana tokoh Anoman yang dipersonifikasikan oleh kesenian Kethek Ogleng, pertunjukan ini juga melakukan cara yang sama: mempersonifikasi sosok Dewi Sekartaji melalui biografi para performer.
Sutradara: Shohifur Ridho’i Performer: Radha Puri Septiany, Valentina Ambarwati, Lisda Rabiatul Maulida Komposer: Hery Glen Desainer Cahaya: Oong M. Pathor Desainer Visual: Erwin Oktavian Manajer: Kurnia Yaumil Fajar
Karya ini telah dipentaskan pada Pekan Teater Nasional 2019 pada tanggal 23 September 2019, di Taman Budaya Samarinda, Kalimantan Timur.